Hasil Pencarian

Artikel


Jadwal Minum Air dan Tips Agar Ingat untuk Minum

  Minum air adalah kebutuhan dasar yang sangat diperlukan manusia karena tubuh hanya dapat bertahan maksimal 2 hingga 7 hari tanpa minum. Minum air tidak hanya sekadar memuaskan dahaga, namun lebih dari itu, perannya sangat fundamental dalam menjaga tubuh agar tetap berfungsi dengan baik dan sehat. Untuk diketahui bahwa kandungan tubuh kita didominasi oleh air. Konsekuensinya tubuh tidak akan bertahan kalau tidak ada asupan air dalam rentang pendek dari hari. Hal ini sangat beda kalau tubuh kelaparan dalam beberapa hari yang mana masih mampu bertahan hidup. Hampir semua sistem utama tubuh bergantung pada air untuk berfungsi dan bertahan hidup. Berikut adalah beberapa peran penting air bekerja dalam tubuh: 

Diabetes dan Kerusakan Ginjal Kronis

Perlu diketahui seiring berjalannya waktu, diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, dapat menyebabkan kerusakan semua organ di tubuh. Penjelasan untuk hal ini sangat kompleks, namun untuk praktisnya di sini ada 2 hal utama yang di serang oleh diabetes yaitu sistem persyarafan dan pembuluh darah. Di antara keduanya itu sangat saling keterkaitan yakni di mana ada syaraf di situ hadir pembuluh darah dan begitu juga sebaliknya. Pada kelompok pembuluh darah, salah satu korbannya adalah ginjal. Untuk diketahui bahwa ginjal sendiri merupakan sekumpulan gelung pembuluh darah yang bertugas salah satunya untuk menyaring limbah dari darah. Bila ginjal rusak, maka tubuh tidak akan mampu membuang zat-zat beracun yang beredar di seluruh tubuh secara optimal. Kerusakan tersebut juga dapat menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi hingga disebut tekanan darah tinggi (hipertensi).

Kenali Gagal Ginjal Akut pada Covid-19

Hingga saat ini Covid-19 masih menjadi isu hangat dalam masyarakat. Saat kasus angka positif Covid-19 sudah mulai menurun di Indonesia, negara lain justru mengalami peningkatan kasus gelombang ketiga. Padahal cakupan vaksinasi negara lain lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Misalnya saja di Singapura mulai mengalami peningkatan kasus positif Covid-19, padahal cakupan vaksinasinya mencapai 86%. Hal ini berarti sangat mungkin bagi seseorang terinfeksi Covid-19 meskipun telah mendapatkan vaksinasi. Kasus berat Covid-19 dapat dialami oleh pasien dengan komorbid (peyakit penyerta) atau tidak komorbid. Penyakit komorbid yang sering menyertai adalah penyakit kardiovaskular (32%), diabetes (30%), penyakit paru kronis (18%), dan penyakit ginjal (7,6%).

Menilik Kondisi Obesitas di Arab Saudi

Setelah mempelajari bahaya obesitas yang khususnya membawa dampak pada kerusakan ginjal pada dua artikel sebelumnya, sekarang kita perlu melihat kondisi obesitas di dunia secara global. Secara sepintas, hal ini tidak nampak sebagai permasalahan yang serius, namun sesungguhnya obesitas ternyata tetap selalu berdampak besar pada segala aspek kehidupan termasuk sektor ekonomi. Perlu diketahui pada tahun 2014 diperkirakan 2 triliun dollar atau sekitar 30 ribu triliun rupiah pertahun ekonomi global terdampak oleh permasalahan obesitas di seluruh dunia. Permasalahan tersebut meliputi gangguan kesehatan tipe kronis yang dipicu salah satunya oleh obesitas seperti penyakit kardiovaskular, stroke, penyakit kanker, diabetes, dan juga penyakit ginjal. Karena itulah, maka tak heran kalau fenomena epidemi obesitas yang hampir seluruh dunia mengalami suatu fenomena tersebut menjadi cepat di kenal luas secara global. Lalu bagaimana jelasnya demikian?

Konsumsi Serat Mengurangi Risiko Penyakit Ginjal Kronis

An apple a day keeps doctor away. Pernahkah Anda mendengar kalimat seperti ini? Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, maka artinya adalah ‘sebuah apel setiap hari dapat menjauhkan kita dari dokter’. Kalimat ‘menjauhkan kita dari dokter’ bermakna sebagai ‘tidak sakit’. Apel dilambangkan sebagai makanan sehat dan mempunyai kadar serat tinggi, sehingga mengonsumsi makanan seperti ini akan membuat tubuh menjadi lebih sehat.  Pada zaman saat ini semuanya menjadi sangat cepat dan instan. Orang tidak lagi harus mencari makanan ke hutan untuk berburu makan siang, ataupun tidak perlu memancing untuk mendapatkan lauk. Akibatnya, banyak orang yang lebih memilih makanan cepat saji yang memiliki rasa enak dan tersedia dengan cepat. Makanan cepat saji umumnya memiliki kandungan gizi yang memiliki kalori tinggi dan lemak jenuh tinggi dengan rendah serat.