Artikel

Opini


Never Undermine Hypertension

 Hypertension is a major independent risk factor for coronary artery disease, stroke, heart failure and chronic kidney failure. In many regions of the world, there are a lot of people who have high blood pressure. Even in the United States, out of every three adults, one is hypertensive. If this number is expressed as a percentage, then the prevalence of hypertension in the United States is around 30%. More than just a large number, the impact of hypertension is frightening, both in terms of morbidity and mortality. According to reports, hypertension alone was responsible for 18% of cardiovascular disease mortality in western nations. The impact to the state financial losses is also enormous. The state is said to lose 47.5 billion dollars annually. Thus, it makes sense to be aware of hypertension from the beginning, and it also makes sense to start an early detection program as soon as hypertension is identified in order to lower the incidence of hypertension and its sequelae.

Transisi ke Endemi yang Tertunda

Pemerintah memperkirakan puncak kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia mungkin akan terjadi pada minggu kedua atau ketiga Juli 2022. Saatnya mengetatkan protokol kesehatan mencegah penyebaran varian baru.   Sekitar satu bulan lalu pemerintah menyatakan bahwa kita sedang memasuki masa transisi dari akhir pandemi menuju ke endemi. Ini pernyataan menggembirakan, apalagi didukung oleh fakta bahwa satu bulan setelah pemerintah mengizinkan liburan panjang mudik Lebaran, tak muncul gejolak yang mengkhawatirkan. Namun sayang, di tengah optimisme ini, tiba-tiba kasus harian secara perlahan naik. Sebenarnya sejak Mei penambahan kasus harian rata-rata di bawah 500 kasus, bahkan pada 16 Mei penambahan kasus harian hanya 182 kasus. Ini yang membuat banyak pihak optimistis pandemi segera berganti menjadi endemi.

Jangan Pernah Bercanda dengan Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko independen utama untuk penyakit arteri koroner, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal kronis. Jumlahnya pun sangat besar sekali di berbagai belahan dunia. Untuk AS saja setiap 3 orang dewasanya ada satu yang menderita hipertensi. Jika angka ini dipersentasekan ada kisaran 30% prevalensi hipertensi di AS. Tidak berhenti pada angka yang besar tersebut, namun lebih dari itu, dampak darinya sangat menakutkan. Baik dari sisi morbiditas maupun mortalitas. Untuk negara barat saja dilaporkan bahwa hipertensi menyumbang 18% dari kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Dampak dari sisi kerugian keuangan negara pun juga tidak tanggung-tanggung, dilaporkan ada sebesar 47,5 milar dollar untuk kerugian negara setiap tahunnya. Dengan demikian maka menjadi masuk akal jadinya untuk mewaspadai hipertensi sejak awal.

Beware of Obesity during Transition to Endemic

Nearly two months have been over since Lebaran's long holiday passed without any significant upheaval. This makes many parties optimistic that the Covid-19 pandemic is transitioning to endemic. The wheels of the economy are shifting rapidly again: stations, airports, terminals, ports, hotels, shopping centers, restaurants, cafes, markets and stalls are back to full capacity. After two years of being confined at home due to the pandemic, the long Eid holiday also means it's time to travel with family and enjoy a range of culinary delights, as if exacting revenge. It is safe to say that the prospect of a third Covid explosion has passed. There are, however, other potential dangers. Overindulgence in dining out without restraint can result in overweight or obesity, which can be fatal.

Mewaspadai Bahaya Obesitas di Saat Transisi Menuju Endemi

SUDAH hampir dua bulan liburan panjang mudik Lebaran berlalu tanpa gejolak berarti. Hal itu membuat banyak pihak optimistis bahwa pandemi covid-19 sedang bertransisi menuju endemi. Roda perekonomian kembali bergerak kencang: stasiun, bandara, terminal, pelabuhan, hotel, mal, restoran, kafe, pasar, dan warteg kembali beroperasi dengan kapasitas penuh. Libur panjang mudik Lebaran juga berarti saatnya wisata bersama keluarga, jalan jalan dan menikmati beragam kuliner, seolah membalas dendam setelah dua tahun terkungkung di rumah gara-gara pandemi. Ancaman meledaknya gelombang ketiga covid bisa dikatakan sudah mereda. Akan tetapi, ada potensi ancaman yang lain. Kegemaran berkuliner ria tanpa kontrol akan memicu kegemukan atau obesitas, dan ini bisa berisiko fatal.