
Opini
- Sort by :
- Subcategory /
- Date

Hikmah Ramadhan 2024, Puasa Jaga Keseimbangan Metabolisme Tubuh
- Opini
- /
- 28/03/2024
SURYA.co.id - Puasa Ramadhan bagi umat muslim adalah kewajiban, sebagaimana yang tertulis pada Surat Albaqoroh ayat 183, agar menjadi umat yang bertaqwa. Umat muslim menjalankan kewajiban puasa Ramadhan dan amalan sunah lainnya, ini adalah dimensi fiqih. Akan tetapi, puasa Ramadhan tidak hanya memiliki dimensi fiqih saja. Berpuasa, setidaknya menahan diri tidak makan dan minum dalam jangka waktu tertentu, secara medis bisa membuat keseimbangan metabolisme sehingga akan menyehatkan tubuh. Inilah dimensi medis dari berpuasa. Bagaimana berpuasa bisa menghasilkan manfaat medis, akan tergantung dari banyak hal, seperti kultur dan pola makan yang beragam antar masyarakat dan wilayah geografis yang berbeda. Misalnya, masyarakat di wilayah Asia yang terbiasa mengkonsumsi nasi yang diolah dari beras sebagai makanan pokoknya. Kita mengonsumsi nasi yang dominan mengandung karbohidrat, dan tubuh akan mengolahnya menjadi sumber energi, bahan bakar untuk menjalankan gerak dan aktivitas tubuh sehari hari. Jadi, sumber energi kita selama ini dominan berasal dari karbohidrat. Apakah ada sumber energi selain karbohidrat, tentu saja ada, misalnya makanan hewani yang dominan protein seperti daging, telur dan susu. Oleh system metabolisme tubuh, protein ini utamanya akan diolah menjadi asam amino yang berperan penting dalam pembentukan struktur dan enzim tubuh. Proses metabolisme ini juga menghasilkan lemak yang merupakan cadangan energi. Secara garis besar komponen gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, merupakan sumber utama penghasil energi dalam tubuh kita. Secara umum, tubuh kita membutuhkan asupan harian karbohidrat sekitar 45-65 persen, lemak 20-35 % , dan protein sekitar 10-35 % . Walaupun dibutuhkan paling banyak sebagai sumber energi, 1 gram karbohidrat hanya dapat menghasilkan 4 kalori. Demikian juga 1 gram protein dapat menghasilkan 4 kalori. Sedangkan 1 gram lemak mampu menghasilkan 9 kalori. Namun perlu diketahui, karbohidrat adalah komponen yang paling mudah dicerna oleh tubuh dan diubah menjadi energi. Karbohidrat yang masuk ke dalam mulut akan langsung dicerna di mulut menggunakan beberapa enzim di mulut, lalu masuk ke lambung dan usus halus untuk menghasilkan gula sederhana, dan dengan proses tertentu sebelumnya lalu dialirkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Karbohidrat ini paling gampang dan cepat diproses menjadi energi. Inilah yang menjelaskan, saat lapar dan kita makan nasi, hanya dalam waktu singkat kita langsung merasa kenyang dan bertenaga. Komponen gula ini mutlak diperlukan oleh tubuh, karena beberapa organ penting di tubuh kita hanya dapat menggunakan gula sebagai sumber energinya. Secara umum, setelah kita makan, tubuh akan mengalami beberapa tahap proses lanjutannya. Tahap pertama adalah proses anabolik, yang terjadi hingga 4 jam setelah makan terakhir. Dalam konteks puasa Ramadhan, maka periode anabolik juga dalam kondisi terbalik, terjadi setelah sahur hingga sekitar 4 jam kemudian. Dalam periode ini, tubuh menggunakan zat gizi utama untuk menjalankan proses pembentukan struktur, membangun molekul besar dari molekul yang lebih kecil (biosintesis) atau yang dikenal sebagai proses anabolisme yang membutuhkan energi, dan sisanya disimpan sebagai cadangan energi. Seluruh sel akan terlibat dalam proses molekuler ini untuk menyusun struktur kompleks dalam tubuh. Intinya, tubuh mengalami proses pembentukan dan penyimpanan cadangan energi, baik berupa glikogen ataupun lemak. Proses selanjutnya adalah katabolik. Bila tubuh tidak menerima asupan makan dalam rentang waktu 4-16 jam setelah sahur, maka akan dilanjutkan dengan proses katabolisme, yaitu kondisi metabolisme tubuh sedang aktif memecah molekul kompleks, dan melepaskan energi yang akan digunakan sebagai bahan bakar mesin biologi tubuh. Katabolisme ini melepaskan energi hingga habis, yang digunakan untuk memecah molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil. Dalam konteks puasa Ramadhan, inilah waktu yang sangat ideal untuk terjadi proses katabolik. Semakin lama berpuasa, misalkan mendekati jam berbuka, maka proses di dalam tubuh diarahkan untuk memecah cadangan makanan dan nutrisi untuk digunakan sebagai sumber energi. Simpanan cadangan energinya digunakan untuk bahan bakar aktivitas tubuh, sehingga berakibat berat badan turun. Maka, puasa bermanfaat untuk menurunkan berat badan. Saat berpuasa, tubuh akan memecah cadangan glikogen dalam otot dan liver, kemudian berlanjut pada jaringan lemak di perut dan paha, dan akhirnya ke protein. Tetapi, manfaat puasa tidak hanya sebatas pada menurunkan berat badan. Puasa juga bagus untuk menjaga kesehatan organ penting seperti jantung dan ginjal, karena beban bekerjanya menjadi tidak terlalu berat. Bila proses katabolik ini terjadi lebih dari 16 jam, maka akan terjadi pemecahan asam lemak yang berlebih, dan menghasilkan zat sisa bernama keton. Jika menumpuk berlebihan di tubuh, keton ini bisa membahayakan beberapa organ vital, misalnya otak. Maka, berpuasa dalam durasi terlalu lama dan terus menerus secara tidak terkontrol, akan menjadi kontraproduktif untuk tubuh. Otak merupakan organ yang sangat bergantung pada karbohidrat dan glukosa sebagai sumber energi. Jika periode berpuasanya sangat panjang, misal lebih dari 16 jam, maka tubuh akan kehabisan cadangan gula sebagai sumber energi, dan mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi penggantinya. Proses mengolah lemak menjadi energi ini menghasilkan zat sisa bernama keton. Nah, keton ini bisa menjadi berbahaya karena tidak bisa digunakan oleh otak. Karena itu, puasa Ramadhan yang lamanya sekitar 14-16 jam (tergantung posisi geografis) ini bisa dibilang cukup ideal. Jika lamanya berpuasa sampai 20 jam tiap hari, dan dalam berjalan selama tiga bulan misalnya, maka sangat mungkin organ penting seperti otak akan mengalami kerusakan. Fiqih mengatur lamanya berpuasa sejak waktu subuh hingga magrib, dan ternyata secara medis ini berada dalam ambang batas yang aman serta menyehatkan. Ini adalah salah satu hikmah berpuasa Ramadhan, tentu saja merupakan karunia Allah SWT. Bahaya Kelebihan dan Kekurangan Nutrisi Seperti dijelaskan di atas, sumber energi tubuh kita didominasi oleh karbohidrat yang berasal dari makan nasi. Jika kebutuhan energi untuk aktivitas dan gerak tubuh sehari hari sudah tercukupi oleh karbohidrat yang berasal dari nasi, maka lemak hasil asupan dari makanan hewani (daging, telor, susu dll) ini tidak akan digunakan, tersimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Lemak ini di dalam tubuh akan ditimbun di beberapa titik, terutamanya di bagian perut, paha, pantat, lengan, serta leher, yang biasanya nampak. Inilah kondisi dimana anaboliknya dominan dibanding kataboliknya. Inilah juga mengapa orang yang kelebihan berat badan biasanya akan tampak jelas memiliki tumpukan lemak di area perut, paha, pantat atau lengan. Jika lemak ini semakin lama semakin menumpuk karena tidak dibakar menjadi energi, akan menjadi bahaya karena bisa menjadi penyumbat pada aliran darah dan oksigen. Dalam kondisi akut, karena saluran darah dan oksigen ini semakin menyempit karena tersumbat lemak, sementara terus menerus mendapatkan tekanan dari aliran darah yang dipompa oleh jantung, maka bisa pemicu terjadinya pecah pembuluh darah dan stroke. Perlu diingat, kejadian serangan jantung dan stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, sehingga sangat dianjurkan untuk membatasi asupan kalori agar tidak berlebihan. Menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2023, data penderita obesitas (kelebihan berat badan) mencapai 15,3 ?ri total populasi, atau sekitar 30 juta orang. Walaupun mengalami penurunan bila dibandingkan dengan data tahun 2018 yang mencapai 21,8 % , jumlah penduduk yang obesitas ini tetaplah sangat banyak. Pola gaya hidup yang tidak sehat menjadi salah satu faktor utama penyebab terjadinya obesitas ini. Secara definisi, seseorang dikategorikan mengalami obesitas bila indeks massa tubuh (IMT) di atas 27. Hal ini berarti berat badannya melampaui standar rentang normal dari tinggi badannya. Obesitas inilah yang nantinya akan memicu penyakit metabolik lain seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes melitus), dan gangguan lemak (dislipidemia). Bagaikan efek domino, penyakit-penyakit ini nantinya akan menyebabkan kerusakan pada organ penting seperti jantung, ginjal, dan otak dan bisa berujung pada kematian. Uniknya, penyakit-penyakit ini ternyata tidak hanya sering dijumpai pada penduduk kota dengan pola makanan mewah dan serba ada, namun juga menimpa pada penduduk desa. Kesadaran yang rendah terhadap pola hidup sehat merupakan salah satu faktor penyebab masyarakat rentan mengidap penyakit tersebut. Inilah gambaran yang mencerminkan dominannya anabolik. Situasi sebaliknya berbeda, saat tubuh dalam kondisi perbandingan dimana kataboliknya tinggi sekali dan anaboliknya rendah. Contohnya antara lain proses penuaan, insomnia, stress kronis, penyakit kronis, dan diabetes yang tidak terkontrol baik. Jika kondisi dominan katabolik ini berlangsung berkepanjangan, maka akan mengakibatkan kegagalan penyembuhan, penurunan kognitif, degenerasi otot jaringan, penyakit kardiovaskular, depresi, dan sebagainya. Jadi, baik kondisi ekstrim dominan anabolik maupun dominan katabolik, sama sama kontraproduktif. Artinya, tubuh membutuhkan keseimbangan antara kondisi katabolik dan anabolik. Nah, puasa Ramadhan ini mendorong terjadinya keseimbangan antara katabolik dan anabolik. Ramadhan untuk kesehatan Selama bulan Ramadhan, jika kita berpuasa selama satu bulan dengan takaran sahur dan berbuka yang wajar dan tidak berlebihan, maka asupan karbohidrat akan berkurang setiap hari. Sementara aktivitas dan gerakan tubuh juga turun, tetapi hanya sedikit. Akibatnya, neraca energi kita menjadi tekor. Ibaratnya asupan energi kita tiap hari sebesar 10 poin, tetapi kebutuhan energi kita 12 poin, sehingga tekor 2 poin. Maka secara otomatis mekanisme tubuh akan menggunakan energi cadangan, yaitu lemak yang selama ini tersimpan. Lama kelamaan tumpukan lemak akan semakin berkurang, karena dibakar sebagai energi untuk menutupi kekurangan energi yang berasal dari nasi (karbohidrat). Jika timbunan lemak semakin tersedot berkurang, maka aliran darah dan oksigen akan semakin lancar, sehingga tubuh akan sehat. Potensi terkena stroke akibat penyumbatan, bisa dihindari. Ada studi meta-analisis berupa kumpulan dari 35 penelitian yang menyimpulkan, puasa Ramadhan dapat menurunkan berat badan secara sekitar 1,51 kg pada laki-laki dewasa, dan penurunan sekitar 1,24 kg pada perempuan. Efek penurunan berat badan ini ternyata masih berlanjut, terjadi penurunan sekitar 0,27 Kg pada 2 hingga 6 minggu setelah Lebaran. Rupanya tidak hanya berat badan yang mengalami penurunan. Total komponen lemak tubuh juga mengalami penurunan yang signifikan, sebesar 30 % total massa lemak jika dibandingkan dengan sebelum bulan Ramadhan. Karena secara medis terbukti bermanfaat bagi kesehatan, maka puasa ini baik juga dilakukan diluar bulan Ramadhan. Misalnya dalam ajaran Islam dikenal puasa sunah seperti puasa Daud yang dilakukan setiap hari Senin dan Kamis, seperti yang dulu dicontohkan oleh Rasulullah semasa hidupnya. Di luar ajaran agama, kita juga mengenal puasa sebagai metoda untuk menjaga kesehatan. Ada metoda berpuasa dalam rentang waktu 9-16 jam yang kita kenal dengan nama diet intermiten, dan banyak dilakukan oleh berbagai kalangan dengan tujuan untuk menurunkan berat badan dan menjaga kesehatan. Ada beragam varian metoda diet lainnya, seperti metoda yang membatasi asupan makanan dalam rentang waktu tertentu, atau mertoda yang membatasi jenis makanan apa saja yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan, dan ada pula menggabungkan keduanya. Semuanya ini bisa dikatakan sebagai pengembangan dari metoda dasar, yaitu berpuasa. Berpuasa adalah membatasi asupan makan, khususnya kandungan gizi makro seperti karbohidrat dan protein seperti yang telah disebutkan di atas. Sebulan berpuasa Ramadhan membuat asupan nutrisi menjadi defisit, tetapi masih terkendali. Akan tetapi, tubuh kita tidak hanya membutuhkan asupan gizi makro saja. Tubuh juga membutuhkan asupan gizi mikro seperti berbagai vitamin, dan mineral seperti zat besi, kalium, selenium, kalsium, magnesium, dan sebagainya. Tubuh juga sangat memerlukan asupan serat dalam jumlah yang cukup. Selama puasa kadang kita melupakan asupan komponen gizi mikro ini, sehingga tubuh merasa lelah, mudah sakit, dan beberapa indikasi penyakit lain. Oleh karena itu, asupan gizi makro dan mikro ini tetap perlu dijaga kecukupan, proporsi dan keseimbangannya, agar bisa menjalankan mesin biologi tubuh secara prima. Dengan demikian, kita menjalankan puasa Ramadhan tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban fiqih saja, tetapi juga secara medis mendapatkan manfaat kesehatan. Inilah hikmah bulan Ramadhan yang patut kita syukuri. Djoko SantosoGuru Besar Kedokteran Universitas AirlanggaKetua Badan Kesehatan MUI Jatim

Depopulasi dan Ancaman Bencana Demografi
- Opini
- /
- 27/03/2024
Tanpa akses pendidikan berkualitas, terutama pendidikan vokasi, bonus demografi terancam akan terlewati begitu saja. Problem depopulasi bukan hanya menimpa Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, melainkan juga China. Apakah gejala ini pun sudah menular ke Indonesia? Jepang negara maju dan makmur, dengan kultur kerja keras, menjunjung disiplin dan etika yang mengagumkan. Industrinya maju, pendapatan per kapita warganya tinggi, layanan pendidikan dan kesehatannya bagus. Maka, angka harapan hidup warganya lebih tinggi dibanding kebanyakan negara lain. Di Jepang sangat biasa ditemui warga berusia lanjut yang masih sehat. Dalam komposisi demografi, jumlah warga usia lanjut lumayan besar. Maka, usia warga Jepang secara nasional semakin menua.

Puasa Ramadan dalam Suasana Pascapilpres
- Opini
- /
- 18/03/2024
ALHAMDULILLAH, kita umat Islam bisa kembali menunaikan ibadah wajib berpuasa selama Ramadan sembari tetap menjalankan ibadah wajib serta amalan sunah lainnya. Idealnya, seluruh ibadah dan amalan pada Ramadan ini bisa dijalankan dalam suasana yang kondusif, yaitu dalam kondisi badan yang sehat, kondisi ekonomi sosial yang mendukung, serta iklim politik yang sejuk dan harmonis. Dengan demikian, umat Islam dapat beribadah dengan lebih khusyuk dan minim hambatan. Akan tetapi, kali ini kita memasuki Ramadan seusai hajatan nasional pemilihan presiden dan anggota legislatif. Pencoblosan sudah selesai, tetapi proses rekap penghitungan resmi oleh KPU masih berlangsung. Kita masih menunggu sampai nanti KPU mengumumkan siapa pemenang pilpres dan menetapkan siapa anggota legislatif yang lolos.

Diving into the Presidential Candidate's Science and Technology Vision
- Opini
- /
- 11/02/2024
Since the Soeharto era until today we have not been able to produce fully domestically produced cars and motorbikes. The issue of social welfare, education, culture, information technology, health, labor, human resources, and inclusion became the topic of debate for the presidential candidates on February 4th. What is the position of iptek (science and technology) in this debate? We can see that the science and technology material was only one small point inserted in the last debate session, and it was only limited to information technology (IT). This illustrates that science and technology is not considered an important issue worthy of being debated by presidential candidates in the presidential election contestation.

Menyelami Visi Iptek Capres
- Opini
- /
- 08/02/2024
Sejak era Soeharto sampai hari ini kita belum sanggup menghasilkan mobil dan motor yang utuh produksi dalam negeri. Isu kesejahteraan sosial, pendidikan, kebudayaan, teknologi informasi, kesehatan, tenaga kerja, sumber daya manusia (SDM), dan inklusi menjadi topik debat terakhir calon presiden, 4 Februari lalu. Di mana posisi iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dalam debat tersebut? Bisa kita lihat, materi iptek hanya merupakan satu poin kecil yang disisipkan pada sesi debat terakhir, itu pun hanya terbatas pada teknologi informasi (TI). Hal ini menggambarkan bahwa iptek tidak dianggap sebagai isu penting yang layak didebatkan oleh capres dalam kontestasi pilpres. Persoalan iptek yang hanya dianggap cukup diwakili sektor TI saja jelas tidak tepat. TI memang mempercepat proses kemajuan iptek dalam beberapa dekade terakhir, tetapi ini hanyalah sektor hilir.