Artikel

Opini


Menertibkan Nalar Penanganan Pandemi

BANGSA kita termasuk yang mudah sensitif, bahasa gaulnya baperan. Termasuk terkait dengan pandemi covid-19. Karena baperan dilarang mudik, banyak yang menerobos larangan mudik itu. Hasilnya, ledakan luar biasa kasus covid-19 saat ini. Pemerintah pun menarik ‘rem tangan’ dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat saat ini. Ledakan itu diperparah dengan ‘faktor asing’, yakni varian delta dari India. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat, lewat Waketum Slamet Budiarto, menyebut varian ini jadi pencetus utama situasi buruk saat ini. Varian ini dibawa orang asing atau WNI yang pulang karena pintu negara tak ditutup saat masyarakat dilarang mudik antardaerah. Kombinasi faktor pembobolan mudik dan varian asing ini terbukti mematikan. Lebaran kemarin ialah momen puncak untuk menunjukkan kuatnya pengabaian warga pada virus. Sekitar 1,2 juta mudik, dengan segala cara, termasuk menerobos penjagaan petugas penegak larangan mudik.

Consistency in Fighting Covid-19

Insensible people who blow Covid-19 conspiracy theories and loath vaccination are few, but loud. It can influence public opinion so that there is distrust in the government's handling of the pandemic. As we are desperately struggling to contain the devastating attack of the Delta variant of Covid-19, Europe is raucously partying in soccer games. Soccer fans are enjoying live broadcast of the Euro Cup 2020 matches with the audience almost filling up the stadium capacity. The spectators cheer and prance, and the majority of them look to be feeling comfortable without masks. To enter the stadium, apart from the tickets, local spectators simply need to show vaccination certificates while foreign nationals must show negative swab test cards. How could this happen? England and Hungary, which are two among a number of the hosting counties of the Europe’s biggest soccer championship, claim to have vaccinated more than 90 percent of their citizens.

Konsistensi Perangi Covid-19

Penggunaan cara saintifik ditambah disiplin kuat dari elite hingga rakyat jelata akan bisa memudahkan kita keluar dari pandemi ini. Ditambah vaksinasi massal yang dipercepat. Penggemar sepak bola menikmati siaran langsung pergelaran Piala Eropa 2020 dengan penonton yang hampir memenuhi kapasitas stadion. Terlihat sorak-sorai, jingkrak-jingkrak, dan mayoritas tak menggunakan masker. Untuk masuk stadion, selain membayar tiket, penonton lokal cukup menunjukkan kartu vaksinasi. Sementara penonton warga negara asing harus menunjukkan kartu tes swab. Mengapa ini bisa terjadi? Inggris dan Hongaria sebagai tuan rumah mengklaim sudah berhasil memvaksinasi lebih dari 90 persen warganya. Mereka juga merasa sudah berhasil menerapkan protokol kesehatan (prokes) dengan tertib sehingga otoritas setempat merasa cukup aman menggelar Piala Eropa 2020 dengan penonton hampir penuh.

Invasi VoC Delta ke Kudus dan Bangkalan

VARIAN covid-19 dari India itu menginvasi dengan menunggangi kesembronoan kita. Akibatnya, pasien positif covid-19 Indonesia tiba-tiba melonjak drastis, berawal dari Kudus. Seperti diberitakan, penyebabnya ialah warga santai saja menjalani tradisi bakdo kupat (Lebaran ketupat), tujuh hari setelah Idul Fitri. Mereka berkerumun, bergerombol, dan saling mengunjungi. Di situlah varian delta covid-19 ikut ‘menari-nari’ di antara warga.  Maka, meledaklah kasus penularan di kota pusat rokok kretek itu. Rumah sakit menjadi penuh pasien, dan angka kematian melonjak. Lonjakan ini diperkuat hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) yang diumumkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi. Ia mengatakan dari 34 spesimen dari Kudus yang di periksa, 28 di antaranya positif varian delta. 

Promoting Indonesia’s ‘Red and White’ Vaccine

The issue of vaccine independence arose amid the ongoing tragedy in India, where a second, deadlier wave of COVID-29 has not only paralyzed the local health system but also frightened many other countries. Research for the production of a domestic vaccine, namely the Red and White vaccine, continues to progress. In a bid to smoothly get international recognition, efforts to develop a Red and White vaccine need to be immediately included in the World Health Organization website. Currently our vaccine candidate is not included in the list of 284 vaccine candidates there. The issue of vaccine independence arose amid the ongoing tragedy in India, where a second, deadlier wave of COVID-29 has not only paralyzed the local health system but also frightened many other countries.