Tidur adalah salah satu kebutuhan utama manusia. Tidur yang baik meliputi durasi yang adekuat, kualitas yang baik, waktu tidur yang sesuai, dan tidak adanya distrupsi selama tidur. Durasi tidur yang baik bergantung pada usia seseorang dan umumnya semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Misalnya pada bayi baru lahir memerlukan 14-17 jam tidur, anak usia 5 tahun membutuhkan 10-13 jam tidur, remaja membutuhkan 8-10 jam tidur, dan dewasa memerlukan 7-9 jam tidur. 

Kuantitas dan kualitas tidur yang kurang dapat membawa dampak negatif sehari-hari, seperti mengantuk pada siang hari, merasa Lelah, mood depresif, bahkan jika hal ini dilakukan teus-menerus dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya. Gangguan kesehatan yang dimaksud adalah obesitas, diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, penyakit kardiovaskular, depresi, hingga mortalitas. Gangguan kesehatan ini dapat mempengaruhi kehidupan individu di masa yang akan datang.

Adanya gangguan tidur seperti obstructive sleep apnea, gangguan ritme sirkardian tubuh, hypersomnia, dan insomnia dikaitkan dapat menyebabkan gangguan metabolik. Nyatanya, pada pasien gagal ginjal kronis sering dijumpai adanya gangguan tidur. Sebanyak 80% dari penderita end-stage renal disease yang menjalani hemodialisa menderita gangguan tidur. Gangguan tidur ini tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup, tetapi juga meningkatkan risiko mortalitas pada pasien gagal ginjal kronis.

Pada individu sehat, saat tidur terjadi penurunan aktivitas saraf simpatis dan peningkatan tonus vagal yang menyebabkan adanya penurunan tekanan darah saat malam hari bila dibandingkan saat siang hari. Sepanjang malam, tekanan darah akan dipengaruhi oleh adanya regulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Saat tidur, terjadi peningkatan kadar plasma renin dan aldosterone. Ketika individu melewati fase tidur REM (rapid eye movement) dan NREM (non-rapid eye movement), terjadi variasi keseimbangan antara saraf simpatis, nervus vagus, dan plasma renin. Plasma renin dan aldosterone akan mencapai puncaknya pada periode NREM. Orang dengan gangguan tidur akan kehilangan variasi keseimbangan ini, sehingga tekanan darah saat malam hari cenderung lebih tinggi. Hal inilah yang berpotensi menyebabkan progresivitas penyakit gagal ginjal kronis menjadi lebih buruk.

Beberapa penelitian menyebutkan adanya keterkaitan antara durasi tidur dan progresivitas gagal ginjal kronis menjadi lebih buruk. Orang yang berpotensi menyebabkan progresivitas ini adalah orang dengan kuantitas tidur kurang dari 5 jam dan lebih dari 8 jam. Penelitian lain menyebutkan adanya asosiasi antara durasi tidur yang pendek dan proteinuria. Tanda awal yang biasanya digunakan untuk penyakit ginjal adalah adanya hiperfiltrasi ginjal. Hiperfiltrasi ginjal berkaitan dengan individu yang tidur kurang dari 6 jam atau lebih dari 10 jam. 

Meskipun dianggap sepele, namun tidur merupakan komponen penting agar individu dapat menjalani kehidupannya dengan produktif dan berkualitas. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk menjaga durasi, kualitas, dan kuantitas waktu tidur saat malam hari. Yuk tidur lebih baik untuk kesehatan ginjalmu! []

Sumber gambar: http://news.unair.ac.id/2020/04/17/gangguan-pola-tidur-pada-pasien-penyakit-ginjal-kronis/