Jangan Pernah Bercanda dengan Hipertensi


Hipertensi merupakan faktor risiko independen utama untuk penyakit arteri koroner, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal kronis. Jumlahnya pun sangat besar sekali di berbagai belahan dunia. Untuk AS saja setiap 3 orang dewasanya ada satu yang menderita hipertensi. Jika angka ini dipersentasekan ada kisaran 30% prevalensi hipertensi di AS. Tidak berhenti pada angka yang besar tersebut, namun lebih dari itu, dampak darinya sangat menakutkan. Baik dari sisi morbiditas maupun mortalitas. Untuk negara barat saja dilaporkan bahwa hipertensi menyumbang 18% dari kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Dampak dari sisi kerugian keuangan negara pun juga tidak tanggung-tanggung, dilaporkan ada sebesar 47,5 milar dollar untuk kerugian negara setiap tahunnya. Dengan demikian maka menjadi masuk akal jadinya untuk mewaspadai hipertensi sejak awal. Masuk akal juga jika langsung ditindaklanjuti dengan program deteksi dini demi menurunkan kejadian hipertensi dan komplikasinya. Sederhananya, lakukan salah satunya suatu pemeriksaan tekanan darah secara periodik sesuai kondisi klinisnya.

 

Prehipertensi sebagai lampu kuning atau peringatan

Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan prahipertensi itu? Lalu ada apa dengan prehipertensi?

Menurut JNC 8 (Joint National Committee), klasifikasi hipertensi adalah prehipertensi, hipertensi tahap 1, dan hipertensi tahap 2. Prehipertensi yang ada dalam kelompok itu menggambarkan bahwa seorang tersebut mempunyai risiko terkena tekanan darah tinggi yang berkepanjangan ketika mereka tidak mengambil langkah-langkah sesuai petunjuk dokter agar segera  memperbaiki kebiasaan gaya hidup mereka. Jika tidak mengindahkannya maka mereka kemungkinan besar berakhir dengan tekanan darah tinggi yang parah, sehingga pada gilirannya, berkembang menjadi penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan atau demensia sebagai komplikasi dari hipertensi itu sendiri. Dan pada umumnya, mereka harus tetap menggunakan obat resep seumur hidup. Itulah gambaran dari rangkaian perjalanan dari prehipertensi ke hipertensi, lengkap dengan komplikasi penyertanya. Inilah sebagai dasarnya, mengapa orang dengan prehipertensi harus diperingatkan, diberikan lampu kuning. Maksudnya, dengan lampu kuning yang diberikan padanya maka diharapkan segera sadar hingga kelak terhindar hipertensi dan komplikasinya.

Angka “prehipertensi” adalah di atas 120/80 (Sistolik/Diastolik) hingga angka 139/89 mmHg. Angka tersebut berdasarkan 2 (dua) atau lebih pembacaan tekanan darah saat duduk yang diukur dengan benar pada masing-masing dari 2 atau lebih kunjungan klinik. Jika angka dari Sistolik dan Diastolik jatuh ke dalam kategori yang berbeda, kategori yang terkait dengan yang lebih tinggi dari 2 tekanan diterapkan. Pembacaan tekanan darah itu harus dilihat sebagai peringatan, ini sebagai lampu kuning untuknya.  Lagi-lagi, angka-angka itu menandakan adanya prehipertensi (yang cepat atau lambat), menuju hipertensi dengan segala akibat komplikasinya. Maka itu, perlu antisipasi sejak dini, agar tidak terkena prehipertensi. Atau, jika sudah prehipertensi hal ini harus dicegah jangan sampai jadi terkena hipertensi. Itulah yang dimaksud dengan “jangan pernah bercanda dengan apa yang namanya hipertensi”.

Di lapangan, orang dewasa yang sehat, mulai usia dewasa muda (umumnya lebih dari 18 tahun), seyogyanya dilakukan pemeriksaan tekanan darah setiap tahunnya dan jika didapatkan yang bersangkutan memiliki pembacaan yang tidak normal maka pemeriksaan dilakukan lebih sering lagi dan secara periodik ada dalam pengawasan dokter keluarga. Pemeriksaan tekanan darah secara teratur ini sangatlah penting karena kebanyakan orang dapat merasa sangat sehat, namun nyatanya tetap memiliki pembacaan tekanan darah yang terlalu tinggi. Jangankan setinggi itu, pembacaan di atas 120/80 mmHg sudah jadi lampu kuning, lampu peringatan. Di titik ini sudah dinyatakan sebagai titik prehipertensi. Selanjutnya, untuk kebanyakan orang dewasa, dianggap betul-betul hipertensi bila pembacaan sudah dimulai pada angka 140/90 mmHg ke atas. Sementara bila angka atas (sistolik) antara 120-139 mmHg, dan/atau angka bawah (diastolik) antara 80-89mmHg, pembacaan ini berada dalam kisaran prehipertensi. Itu untuk orang dewasa muda, demikian penjelasannya. Lalu bagaimana dengan orang yang lebih tua? Untuk orang yang lebih tua dari usia 50 tahun, ada kekhususan yaitu: pembacaan sistolik-lah yang sesugguhnya menempati posisi lebih penting dibandingkan diastolik. Ketika tekanan sistolik ada di 120 atau lebih tinggi, maka yang bersangkutan harus fokus untuk mengutamakan pada pilihan gaya hidup yang sedemikian rupa bisa menurunkan tekanan darah. Ini termasuk hal-hal seperti penurunan berat badan, diet rendah garam dan olahraga teratur. Bicaralah dengan penyedia layanan kesehatan terdekat, tentang target tingkat tekanan darah dan kemungkinan kebutuhan akan obat-obatan dan paket pola hidup yang disesuaikan. Tentang target tekanan darah yang terkendali, biasanya itu tercapai dalam waktu satu bulan setelah memulai pengobatan dengan baik dengan meningkatkan dosis obat awal atau dengan menggunakan kombinasi obat yang didukung oleh pola hidup yang tepat. Menurut pedoman baru, untuk target tekanan darah terkendali pada pasien dengan penyakit ginjal dan hipertensi, ditentukan <140/90 mmHg. Sedangkan yang diabetes dan hipertensi direkomendasi secara konservatif hampir sama atau lebih rendah lagi jika ada kebocoran protein di urinnya hebat.

Jika Anda memiliki prehipertensi, sekali lagi jangan menunggu sampai hal tersebut berkembang menjadi tekanan darah lebih tinggi lagi untuk melakukan sesuatu tindakan terkait hal itu.  Perubahan gaya hidup yang tepat (menurut Dietary Approaches to Stop Hipertension-DASH), perannya betul-betul sangat strategis dalam membantu menunda perkembangan tekanan darah tinggi dan kebutuhan akan obat-obatan. Perubahan gaya hidup yang dimaksud adalah sebagai berikut:

 

  • Mulailah dengan berolahraga setidaknya 30 menit aktivitas aerobik setiap hari bagi yang mampu secara fisik. Jalan kaki yang teratur dan fleksibel sesuai kapasitas fisiknya. Itu semua telah terbukti membantu menurunkan tekanan darah. Sekaligus dengan olahraga juga maka itu akan membantu menjaga berat badan tetap terkendali.
  • Makan yang kaya serat seperti buah-buahan segar, sayuran, biji-bijian, dan dikombinasikan dengan produk susu rendah lemak.
  • Pengurangan asupan garam (natrium) menjadi kurang dari 2,4 gram sodium per hari. The American Heart Association merekomendasikan untuk  mengonsumsi garam tidak lebih dari itu
  • Hindari alkohol atau jika tidak, maka asupan alkohol harus dibatasi hingga 2 gelas kecil (sloki) sehari.
  • Berhenti merokok. Cara ini disamping bisa berkontribusi mengendalikan tekanan darah, ini bisa mengurangi risiko kardiovaskuler.
  • Hindari stres, misal dengan menguasai teknik relaksasi
  • Tidur nyenyak yang cukup (dengan durasi kisaran 6-8 jam perharinya)

Mengingat semua tersebut, maka jargon “Jangan pernah bercanda dengan yang namanya hipertensi” ini, tidaklah berlebihan dalam memperingatkan pada mereka yang berpotensi ke arah hipertensi. Bahkan, sebaiknya juga ini menjadi perhatian untuk kita semua. Cara salah satunya, lakukan pemeriksaan tekanan darah secara periodik sesuai anjuran para Profesi Kesehatan (*)

 

Djoko Santoso
Guru Besar Kedokteran Universitas Airlangga;
Ketua Badan Kesehatan MUI Jatim)

 



Comments