Hasil Pencarian

Artikel


Mengenal kaitan Diabetes dan ginjal: Penanganan Dampak awal Komplikasi Diabetes pada Organ Ginjal

Sebagaimana artikel sebelumnya, diabetes adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam darah (gula darah puasa 126 mm/dl, gula darah 2 jam pasca puasa 200 mg/dl). Menurut WHO, tahun 1957 terdapat 120 juta penderita diabetes di seluruh dunia. Tahun 2005 diperkirakan 300 juta penderita diabetes dengan tipe 2 sebesar 90 persen. Jika pankreas tidak menghasilkan insulin cukup, gula darah meningkat (dikenal sebagai diabetes Tipe 1 atau diabetes bergantung insulin). Jika pankreas menghasilkan insulin tetapi insulin tidak bekerja dengan tepat, maka gula darah juga meningkat (dikenal sebagai diabetes Tipe 2 atau diabetes tak bergantung insulin), namun apapun bila kedua bentuk tersebut tidak terkelola dengan baik maka keduanya tetap mengancam organ organ tubuh termasuk ginjal.

Imunitas Vaksinasi dan Alami

Vaksinasi bisa jadi ”booster” (penguat) dari kekebalan alami setelah lolos dari terinfeksi. Secara umum vaksinasi aman dan potensi risikonya sangat sedikit. Ampuh manakah, kekebalan yang terbentuk dari vaksinasi dengan kekebalan setelah terinfeksi Covid-19? Pertanyaan ini penting disampaikan setelah Covid-19 melampaui angka positif sejuta dan pemerintah terlihat tersentak serta semakin serius menangani pandemi. Vaksinasi digencarkan. Untuk tahap para tenaga kesehatan sudah berjalan, dan segera berlanjut ke penerima prioritas selanjutnya. Pemerintah juga memberlakukan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), beberapa provinsi menerapkan PPKM mikro yang dikawal satpol PP, polisi, bahkan TNI. Ini menandakan pemerintah makin menyadari pembatasan mobilitas adalah pilar penting untuk pencegahan meluasnya penularan, selain memperbanyak testing dan tracing. Tentu, kita tak boleh tutup mata terhadap kritik beberapa epidemiolog bahwa ada data sekian juta orang terpapar yang katanya disembunyikan.

Vaccine-induced and Natural Immunity

Which is more effective, immunity that is induced by vaccination or immunity acquired after being infected with Covid-19? This question is important to raise after Covid-19 has exceeded the positive rate of a million, triggering the government to take the pandemic more seriously. Vaccination is being intensified. The first phase for healthcare workers is under way and will soon be followed by the next group of priority recipients. The government also imposes public activity restrictions (PPKM), with several provinces applying micro-scale PPKM, which are watched over by the Public Order Agency (Satpol PP), the National Police and even the Indonesian Military. This indicates the government’s greater awareness of mobility restrictions as an important pillar to prevent the spread of infection besides increasing testing and tracing. We certainly should not ignore the criticism of some epidemiologists about the presence of data on millions of affected people that are claimed to be hidden.

Ketua Badan Kesehatan MUI Jatim : Vaksinasi Cara Terampuh Atasi Pandemi

Surabaya, MUIJatim, Ketua Badan Kesehatan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tim, Prof. Djoko Santoso, dr, Ph.D, Sp.PD, KGH, FINASIM, menegaskan bahwa vaksinasi merupakan cara terampuh untuk mempercepat kekebalan kelompok (herd immunity), atau sebuah kondisi dimana sebagian besar masyarakat sudah memiliki antibodi untuk melawan covid-19. Hal itu disampaikan Prof. Djoko Santoso saat menjadi pembicara dalam diskusi virtual atau webinar bertema “Vaksinasi: Antara Kebutuhan Medis dan Kewajiban Agama”, yang digelar oleh Dewan Pimpinan MUI Provinsi Jawa Timur Pada Senin (01/03). Guru Besar Universitas Airlangga ini meminta semua pihak mendukung program vaksinasi Pemerintah, karena vaksinasi dapat meningkatkan kekebalan kelompok dengan resiko yang sangat kecil jika dibandingkan dengan kekebalan kelompok alami atau melalui infeksi langsung.

MUI Jatim: Kekompakan dan Fokus Kunci Sukses Vaksinasi

SURABAYA— Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur melaksanakan Webinar Tasyawur Ilmu dan Agama bertema “Vaksinasi: Antara Kebutuhan Media dan Kewajiban Agama,” Senin (01/03) malam secara virtual. Diskusi tersebut dibuka Wakil Ketua Umum MUI Jatim KH Abdul Halim Soebahar dan diberikan sambutan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya dokter Joni Wahyuhadi yang mewakili Gubernur Jatim. Pembicara dalam diskusi ini adalah Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim KH Ma’ruf Khozin dan Ketua Badan Kesehatan MUI Jawa Timur Prof dr Djoko Susilo. Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Jatim Prof Muhammad Noor Harisuddin bertindak sebagai moderator.