Mengenal Sekelumit Batu Ginjal


Hampir semua dari kita mengenal istilah batu ginjal. Istilah tersebut sangat populer dan itu menandakan bahwa kejadian batu ginjal di tengah masyarakat demikian tingginya. Ada studi yang melaporkan bahwa setiap tahun didapatkan hingga lebih dari setengah juta orang pergi ke ruang gawat darurat karena masalah batu ginjal. Di Amerika, diperkirakan satu dari sepuluh orang akan memiliki batu ginjal pada suatu saat dalam kehidupan mereka dan batu ginjal lebih sering ditemukan pada pria. Sedangkan di India, ditemukan sekitar 12 persen orang dengan batu ginjal pada total populasi yang rentan terhadap batu saluran kemih. Dari 12 persen ini, 50 persen populasi sangat terpengaruh oleh kerusakan ginjal, yang bahkan sampai menyebabkan hilangnya ginjal. Rata-rata, kemungkinan di antara kita setidaknya memiliki satu batu ginjal dalam kehidupan kita adalah sekitar 10 persen. Di negara berkembang termasuk Indonesia, kejadian batu semakin sering. Dari gambaran tersebut, maka jelas nampak bahwa kejadian batu ginjal sangat umum. Dan diantara tersebut, ada fakta bahwa banyak batu ginjal yang tidak bergejala dan ditemukan saat medical check up yang tidak berkaitan dengannya.

Tingginya kejadian batu ginjal ini tidak lepas dari berbagai faktor risiko yang mendasarinya. Itulah yang menerangkan mengapa beberapa orang lebih rentan terkena batu ginjal. Adapun faktor-faktor risiko tersebut setidaknya meliputi genetik, usia, kondisi dehidrasi, obesitas, dan pola makan, serta kondisi tertentu.

Terkait dengan faktor genetik yang tidak bisa dimodifikasi, Hou menyatakan bahwa ada banyak gen yang kemungkinan berperan dalam pembentukan batu ginjal. Kontribusi pengaruh poligenik dari beberapa lokus telah diselidiki dalam studi asosiasi luas genom dan studi kandidat gen, yang menunjukkan bahwa sejumlah gen dan jalur molekuler berkontribusi pada risiko pembentukan batu, termasuk pengangkut (transporters) dan kanal (channels), ion, proton dan asam amino, jalur pensinyalan reseptor penginderaan kalsium, dan jalur metabolisme vitamin D, oksalat, sistein, purin, dan asam urat (Howless dan Thakker. 2020, Nat Rev Urol). Dengan diketahuinya faktor genetik dalam pembentukan batu ginjal, maka ini diharapkan dapat memberi gambaran yang lebih baik tentang cara kerja mengapa seseorang tertentu mudah mengalami batu ginjal. Selain keuntungan tersebut, ada keuntungan lain yaitu didapatkannya cara perawatan yang lebih terarah, mudah menentukan risiko seseorang terhadap kondisi tersebut, yang biasanya meningkat seiring bertambahnya usia. Dengan demikian hal itu dimungkinkan untuk mencegah batu lebih awal.

 

Faktor Risiko Usia

Orang yang paling mungkin untuk menderita batu ginjal yaitu antara usia 40 dan 60 tahun, meskipun batu dapat juga muncul pada usia berapapun. Penelitian menunjukkan bahwa 35 hingga 50 persen orang yang memiliki satu batu ginjal akan mengembangkan batu tambahan, biasanya dalam waktu 10 tahun setelah batu pertama. Menariknya, umur dan jenis kelamin memiliki pengaruh kuat terhadap jenis batu yang terbentuk. Sebuah studi yang dilakukan di Mayo Clinic, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa dari 43,545 sampel batu ginjal yang diterima, batu kalsium oksalat (67 persen) adalah yang paling umum diikuti oleh hidroksiapatit (16 persen), asam urat (8 persen), struvite (3 persen), brushite (0,9 persen), dan sistin (0,35 persen). Pria menyumbang lebih banyak pengiriman batu (58 persen) dari pada wanita. Namun, wanita mengalami lebih banyak batu daripada pria antara usia 10-19 (63 persen) dan 20-29 (62 persen) tahun. Wanita paling banyak mengalami batu hidroksiapatit (65 persen) dan struvite (65 persen), sedangkan laki-laki sebagian besar mengalami batu kalsium oksalat (64 persen) dan asam urat (72 persen). Meskipun batu kalsium oksalat adalah jenis batu yang paling umum secara keseluruhan, batu hidroksiapatit adalah yang paling umum kedua sebelum usia 55 tahun, sedangkan batu asam urat adalah yang paling umum kedua setelah usia 55 tahun (Lieske dkk. 2014, Clin J Am Soc Nephrol).

Orang yang paling mungkin untuk menderita batu ginjal yaitu antara usia 40 dan 60 tahun, meskipun batu dapat juga muncul pada usia berapapun. Penelitian menunjukkan bahwa 35 hingga 50 persen orang yang memiliki satu batu ginjal akan mengembangkan batu tambahan, biasanya dalam waktu 10 tahun setelah batu pertama. Menariknya, umur dan jenis kelamin memiliki pengaruh kuat terhadap jenis batu yang terbentuk. Sebuah studi yang dilakukan di Mayo Clinic, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa dari 43,545 sampel batu ginjal yang diterima, batu kalsium oksalat (67 persen) adalah yang paling umum diikuti oleh hidroksiapatit (16 persen), asam urat (8 persen), struvite (3 persen), brushite (0,9 persen), dan sistin (0,35 persen). Pria menyumbang lebih banyak pengiriman batu (58 persen) dari pada wanita. Namun, wanita mengalami lebih banyak batu daripada pria antara usia 10-19 (63 persen) dan 20-29 (62 persen) tahun. Wanita paling banyak mengalami batu hidroksiapatit (65 persen) dan struvite (65 persen), sedangkan laki-laki sebagian besar mengalami batu kalsium oksalat (64 persen) dan asam urat (72 persen). Meskipun batu kalsium oksalat adalah jenis batu yang paling umum secara keseluruhan, batu hidroksiapatit adalah yang paling umum kedua sebelum usia 55 tahun, sedangkan batu asam urat adalah yang paling umum kedua setelah usia 55 tahun (Lieske dkk. 2014, Clin J Am Soc Nephrol).

Terkait faktor risiko dehidrasi (kekurangan air dalam tubuh), kondisi dehidrasi akan memudahkan terjadinya proses pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih, yang mana keduanya akan dapat menyebabkan kerusakan ginjal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Terakait obesitas dan pola makan. Pola makan yang buruk dan apa yang orang makan tidak hanya berhubungan dekat dengan obesitas namun juga sangat memiliki hubungan yang terdokumentasi dengan baik dengan kejadian batu ginjal. Perlu diketahui bahwa obesitas sendiri yang merupakan penanda untuk sindrom metabolik juga terkait dengan risiko batu ginjal. Ini berarti bahwa asupan pola makan yang buruk bisa langsung memberikan peluang munculnya batu ginjal atau bisa melalui kondisi obesitas dulu. Bahkan semakin tidak mengenakan lagi kalau dua faktor risiko itu saling menguatkan.

Dari sekian asupan makanan, ditekankan bahwa penyebab utama adalah terlalu banyak asupan garam (natrium) yang mana akhirnya ini akan menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin. Maka dari itu tidak heran kalau jenis batu kalsium sangat mendominasi dari berbagai jenis batu ginjal dan itu berupa batu kalsium oksalat yang sangat mendominasi jika dibanding batu kalsium phosphat. Dominasi batu kalsium oksalat ini tak lepas dari oksalat dari dalam dimana ini dibentuk oleh hati maupun yang berasal dari luar melalui asupan makanan harian. Contoh oksalat dari luar yaitu buah-buahan dan sayuran tertentu (bayam, bit merah, wortel) serta biji-bijian (kacang-kacangan dan cokelat) yang semuanya memiliki kandungan oksalat yang tinggi.

Kondisi khusus, suatu kondisi yang bisa memudahkan munculnya batu ginjal seperti kondisi diare berulang. Kondisi ini mengakibatkan kekurangan cairan tubuh, dehidrasi dengan jumlah urin menurun hingga berkarakter pekat. Selain kondisi diare, ada juga kondisi penyakit Gout, terlalu banyak vitamin D, obat diuretik, atau saat menerima pengobatan kanker namun tidak dibahas kali ini.

 

Awal Mula Batu Ginjal

Awal terjadinya batu dimulai dari urin dan sifatnya. Urin yang ada dalam saluran perkencingan terlalu pekat hingga cenderung berkristal, dan bersentuhan dengan dinding saluran perkencingan serta suasana keasaman urin. Pada suatu saat dinding saluran perkencingan mengalami lesi sementara sifat urin nya juga dalam kondisi supersaturasi. Proses lesi akan melepas sel epitel yang rusak, atau mengeluarkan lendir dan atau nanah bahkan sel eritrosit yang pada gilirannya ini menjadi inti dari batu sendiri. Selaras dengan perjalanan waktu, terbentuknya inti batu akan diikuti proses agregrasi. Sementara urin yang bentuk demikian itu juga sangat mengandung banyak garam (kalsium, asam urat, sistin dan zat lainnya) dan atau adanya garam tak larut itu begitu banyak hingga membentuk deposit mineral keras.

Dalam proses selanjutnya inti tadi tumbuh terus, proses pengendapan di sekitar inti di wilayah saluran perkencingan berjalan berkepanjangan hingga batu terus membesar. Singkatnya, dimulai dari ukuran sangat kecil hingga tumbuh membesar dengan berbagai variasi ukuran dengan permukaan yang bisa tajam atau tidak. Ketika ukuran batu masih berkisar antara 4 mm dan 6 mm, sekitar 60 persennya akan keluar sendiri tanpa intervensi medis. Secara alami, waktu yang dibutuhkan batu tersebut untuk keluar dari tubuh adalah sekitar 45 hari. Namun, ketika ukurannya lebih besar dari 6 mm, kebanyakan membutuhkan perawatan medis untuk membantu mengeluarkan batu atau bahkan pengangkatan batu akan diperlukan. Ini karena batu tersebut tidak mungkin lewat secara spontan dan sangat mungkin menyebabkan masalah di kemudian hari. Adapun macam-macam batu yang terbentuk meliputi batu kalsium, batu asam urat, batu struvite, batu staghorn, dan batu sistin.

Gejala batu yang di masyarakat adalah nyeri batu ginjal – juga dikenal sebagai kolik ginjal – adalah salah satu jenis nyeri paling parah, sifatnya tiba-tiba. Penjelasannya, ketika batu ginjal bergerak dari ginjal ke kandung kemih, lubang salurannya kecil. Ketika batu ginjal melebarkan/meregangkan lubang saluran kencing, rasa sakit yang parah itu  terjadi. Tidak sedikit orang yang pernah mengalami batu ginjal melukiskannya dengan cara membandingkan rasa sakitnya dengan melahirkan atau ditusuk dengan pisau. Namun untuk diketahui, senyatanya sebagian besar (80 persen) batu gampang keluar hingga nyaris tidak bergejala. Dengan demikian, itu berarti kita semua diharapkan waspada; tidak ada gejala itu bukan berarti tidak mempunyai batu ginjal.

 

Cara Pencegahan

Cara pencegahan batu ginjal secara alami dan secara umum dimulai dari proses hidrasi yang cukup, selain disiplin dengan pola hidup yang seimbang. Dengan cara minum lebih banyak air hingga tubuh senantiasa tercukupi hidrasinya maka itulah cara terbaik untuk mencegah batu ginjal. Dalam kondisi tersebut, itu sangat ideal untuk mencegah kristal (pembentuk batu) saling menempel dan akhirnya batu ginjal tidak  mudah terbentuk. Minum banyak cairan adalah bagian penting untuk mengeluarkan batu ginjal dan mencegah pembentukan batu baru. Maka cara ini sangat penting, tetap terhidrasi adalah kata kuncinya. Selanjutnya tergantung dari jenis batu ginjal nya sendiri. Masing-masing mempunyai kekhasan sendiri-sendiri.

Contoh pada batu kalsium. Selain tindakan pencegahan di atas, disarankan untuk makan lebih sedikit natrium. Jika Anda makan banyak natrium, yang merupakan bahan dalam garam, maka itu akan meningkatkan jumlah kalsium dalam urin. Tepatnya, setelah selesai makan, oksalat (yang berlebih) ‘menempel’ pada kalsium di ginjal. Atas dasar itulah, dianjurkan untuk makan lebih sedikit makanan kaya oksalat dan makan lebih sedikit protein hewani, serta hindari suplemen vitamin C pada kelompok mereka yang pernah atau mengalami batu ginjal. Diet rendah oksalat dan kalsium (dari makanan), bersama dengan asupan garam yang lebih rendah, serta hidrasi optimal (target 2 liter volume yang dikeluarkan per hari melalui urin) diharapkan dapat lebih mencegah pembentukan batu ginjal. Namun sebaiknya masih perlu menjaga asupan buah dan sayuran, pilih saja dengan bijak agar tidak mengkonsumsi bahan makanan tinggi oksalat.

Mengurangi asupan daging merah juga dapat berpotensi menguntungkan. Tapi ini semua tergantung pada titik awal dan seberapa banyak yang sudah dimakan. Untuk implementasi praktisnya, hindari makanan pembentuk batu seperti bit, cokelat, bayam, rhubarb, teh, dan sebagian besar kacang-kacangan karena semua itu kaya akan oksalat yang dapat menyebabkan batu ginjal. Jika memang menginginkan hal tersebut, maka caranya adalah dengan mengonsumsinya dalam jumlah yang lebih sedikit. Dalam hal asupan kafein, ini telah terbukti terkait dengan peningkatan ekskresi kalsium urin dan dengan demikian hal tersebut akan berpotensi meningkatkan risiko pengembangan batu ginjal, meskipun dalam laporan lain menemukan hubungan terbalik antara konsumsi minuman yang mengandung kafein, seperti kopi.

Lemon mengandung sitrat, yang membantu mencegah kalsium menumpuk dan membentuk batu di ginjal. Seperti diketahui, sitrat dalam jus mengikat kalsium, membentuk kalsium sitrat yang diekskresikan sebelum kalsium memiliki kesempatan untuk mengikat oksalat dan membentuk batu. Sebuah tinjauan pustaka sistematis dari 9 studi yang melibatkan 541 orang melaporkan bahwa cairan rendah kalsium tampaknya dapat mengurangi risiko batu ginjal. Jenis minuman tertentu, seperti jus jeruk bali, apel, dan jeruk dapat mengurangi saturasi kalsium oksalat urin, yang selanjutnya akan mengurangi risiko pembentukan batu (Gamage dkk. 2020, Turk J Urol).

Jika seseorang memiliki batu kalsium oksalat, mereka mungkin ingin menghindari makanan berikut ini untuk membantu mengurangi jumlah oksalat dalam urin. Makanan yang dimaksud seperti kacang dan produknya, bayam dan dedak gandum. Dianjurkan minum minuman berkalsium seperti susu, yogurt, beberapa keju dan makan makanan kaya oksalat bersama-sama selama makan. Oksalat dan kalsium dari makanan lebih mungkin untuk mengikat satu sama lain di perut dan usus sebelum memasuki ginjal. Ini akan memperkecil kemungkinan terbentuknya batu ginjal.

Dengan melihat tidak sederhana nya tentang batu ginjal, akan menjadi sangat bijak kalau kita semua senantiasa menerapkan disiplin pola hidup sehat. Perhatikan kecukupan istirahat, mengakhiri makan sebelum kenyang, memperbanyak diet kaya serat dan rendah garam, disiplin berolah raga sesuai kapasitas fisik, hindari kebiasaan yang kontraproduktif, hindari stres berlebihan, dan yang terpenting, semua itu dibungkus dengan spiritual yang elegan, maka kita semua senantiasa akan mampu beradaptasi dalam melangsungkan kehidupan yang penuh manfaat, termasuk terhindar dari batu ginjal. Semoga!

 

Djoko Santoso
Guru Besar Kedokteran Universitas Airlangga, Ketua Badan Kesehatan MUI Provinsi Jatim

 



Comments