Kecerdasan Buatan dan Penyakit Ginjal


Para sahabat rumah ginjal yang berbahagia. Sudahkah mengenal peran kecerdasan buatan di lingkup penyakit ginjal? Lalu sadarkah bahwa penyakit ginjal kronis yang sangat tidak bergejala pada umumnya itu akan fatal begitu saja ketika itu tidak dikelola dengan baik? Itulah pemantik awal untuk mengenal peran kecerdasan buatan dalam penyakit ginjal.

Hingga kini, kecerdasan buatan (dikenal sebagai Artificial Intelligence [AI]) semakin dikenal luas oleh publik dimana ini sejalan dengan perjalanan waktu dari era abad 21 itu sendiri. Cepatnya dikenal luas oleh karena mempunyai kehebatan dalam memberikan kemanfaatan sekaligus sisi lemahnya juga. Kecerdasan buatan sendiri sesungguhnya merupakan teknologi sains yang sangat canggih. Kegunaannya demikian luas temasuk dalam bidang medis. 

Sementara ini, kita ketahui juga bahwa jumlah pasien penyakit ginjal kronis begitu banyak. Bahkan hal ini sudah menjadi masalah kesehatan global sejak beberapa dekade terakhir ini.  Menurut Global Burden of Diseases, Injuries, and Risk Factors Study 2015, 750 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit ginjal.  Pada tahun 2017, sebuah survei menunjukkan bahwa biaya tahunan adalah sekitar $1.205 untuk pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium 3 (CKD3), $1.963 untuk individu CKD4, $8.035 untuk orang dengan kondisi CKD5, dan $34.554 untuk pasien hemodialisis. 

Dengan melihat data tersebut maka tidak heran bahwa penyakit ginjal terutama penyakit ginjal kronis disebut penyakit yang membawa beban besar bagi masyarakat global. Sejalan hal tersebut, hingga kini pun para klinisi ahli ginjal masih terus menghadapi berbagai tantangan dalam diagnosis dan pengobatannya. Maka dari itu dengan munculnya AI maka diharapkan bisa memecahkan problem penyakit ginjal, terutama penyakit ginjal kronis yang dikenal sangat bervariasi gambaran klinisnya. Sesungguhnya, setiap penderitanya itu mempunyai kondisi tertentu hingga dibutuhkan keputusan medis yang sesuai kondisinya. Itulah tantangan yang dihadapi oleh ahli ginjal. Dengan AI maka diharapkan bisa menjawab pengelolaan penyakit ginjal yang jauh lebih baik dari pada yang ada seperti sekarang ini. 

kecerdasan-buatan-dan-penyakit-ginjal-rumah-ginjal-prof-djoko-santoso.jpg

Munculnya AI di bidang medis tentu dimaksudkan untuk memperkuat pengembangan medisnya sendiri, tak terkecuali dalam bidang penyakit ginjal. Banyak kasus kasus ginjal yang tidak tertangani dengan baik karena berbagai faktor seperti faktor keterlambatan datang di layanan kesehatan, faktor penyakitnya yang tergolong ganas. Ini sering dihadapi oleh ahli ginjal. Maka dari itu, dengan adanya AI diharapkan para ahli ginjal kelak akan bisa melayani dengan paripurna dalam layanan deteksi dini, diagnosis penyakit, dan manajemen. Apa saja contoh dalam kaitan AI dalam penyakit ginjal. Berikut ini beberapa contoh untuk diketahui seperti: penerapan AI untuk prediksi kanker genitourinary, penerapan AI ditujukan untuk mengembangkan model prediksi risiko dari kemungkinan penyakit IgAN (Immunoglobulin A Nephropaty). Selain tersebut, AI juga digunakan dalam skala penelitian kasus transplantasi ginjal, mulai dari evaluasi patologis hingga prediksi hasil. Semua tersebut, harapannya bisa membuka jalan untuk peningkatan otomatisasi, yang akan meningkatkan standardisasi dan kecepatan dalam evaluasi medis. 

 

Maka, dengan perkembangan AI kedepannya dimungkinkan nantinya dapat memprediksi kejadian di masa depan termasuk peluang harapan hidup dan prediksi risiko rawat inap, peluang keberhasilan dalam memberikan bantuan perawatan dan pengambilan keputusan seperti mengotomatisasi resep obat atau mengidentifikasi pola seperti kelompok fenotipikal dan aneurisma fistula arteriovenosa.

Itulah sekelumit gambaran posisi AI di konteks penyakit ginjal. Meski semua itu masih dalam tahap pengembangan aplikasi dalam sistem peringatan, bantuan diagnostik, memandu pengobatan, dan mengevaluasi prognosis, namun potensi AI sudah terasa menggembirakan, setidaknya sudah mengarah dalam support peningkatan kapasitas klinisi ahli ginjal dalam memberikan perawatan personal yang optimal untuk pasiennya. Dan yang lebih penting lagi, hal ini bisa menambah kemauan dan perhatian terhadap perawatan ginjal yang menakjubkan ini. []

 

Djoko Santoso
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Ketua Badan Kesehatan MUI Provinsi Jawa Timur

 

Sumber gambar: detikhealth.com



Comments