Peran Ginjal pada Homeostasis Gula Darah Tubuh


Bagi sebagian besar dari kita, adalah umum kalau tidak tahu bahwa ginjal juga punya peran besar mengatur kadar gula darah tubuh kita. Ketidaktahuan bisa salah satunya karena informasinya yang jarang, atau bisa lainnya seperti: keterbatasan waktu untuk mencari tahu, karena menganggap fungsi ginjal semata hanya untuk mengeluarkan racun atau air yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh, padahal sesungguhnya lebih dari itu. Adapun lengkapnya fungsi ginjal meliputi fungsi: filtrasi, absorbsi, sekresi, ekskresi. Di praktek klinik, fungsi ginjal ditampilkan sebagai: pengatur tekanan darah, pembuangan racun serta elektrolit yang sudah tidak dibutuhkan tubuh, pengatur asam basah tubuh, organ yang memproduksi hormon (seperti eritropoetin, Vitamin D), organ yang mengatur keseimbangan air dan sodium.  Lain dari pada itu, ginjal pun juga berperan besar mengatur kadar gula darah dengan melalui suatu mekanisme tertentu. Maka jadi nya wajar jika sebagian besar dari kita tidak mengetahui nya. Namun sayangnya, dengan faktor ketidaktahuan ini maka mungkin jadinya bisa fatal, apalagi ciri penyakit ginjal kronis umumnya tidak ada alarm sebelumnya. Inilah yang menjadikan penyakit ginjal kronis itu silent killer. 

Secara fisiologi, ketika kondisi darah kita lebih dari 190 mg/dl, maka ginjal otomatis akan aktif membuang kelebihan gula darah ke dalam urin. Kalau urin ditest dengan larutan Fehling A, Fehling B maka testnya positif (artinya mereka menderita diabetes melitus). Angka itu disebut nilai ambang gula darah yang ada di sistem ginjal dari tubuh yang awalnya normal. Jika kondisi gula darah terus tetap lebih tinggi dari nilai normal maka secara patofisiologi nilai ambang tadi akan terus bergeser menuju ke 260 mg/dl yang mana ini membuat test kadar gula urin (glucosuria) hasilnya menjadi kacau. Selanjutnya, jika mereka ada dalam pengobatan tertentu misal mereka minum obat SGLT-2 Inhibitor (Sodium Glucose Transport-2 Inhibitor) maka nilai ambang yang tadinya berada 260 mg/dl tersebut akan bergerak menuju ke angka 160 mg/dl. Itulah kira-kira ilustrasi gambaran umum bahwa ada peran ginjal dalam mengatur gula darah.

Para pembaca yang budiman, maka topik ini sebaiknya jangan dilewatkan dan bahkan teramat sayang untuk dilewatkan!. Sungguh ini sangat menarik untuk diikuti. Keuntungannya, itu tidak hanya untuk diri sendiri namun juga untuk para kerabat ketika kita ingin senantiasa memberikan terbaik dalam setiap langkah kehidupan. Bayangkan bahwa kejadian di tengah masyarakat kita saat ini diperkirakan lebih dari 10% adalah kasus diabetes. Artinya tiap 100 orang dewasa maka akan ada lebih dari 10 nya menderita diabetes. Angka sebesar ini sungguh sangat tinggi dan ujungnya sangat membebani anggaran pembelanjaan kesehatan, salah satunya. Belum lagi dari mereka ini juga sangat berisiko tinggi terkena berbagai serangan seperti: stroke, jantung, kebutaan (baik dari rusaknya retina mata maupun dari adanya katarak). Dalam hal diabet menyerang organ tubuh lainnya, ginjal pun tak luput dari target serangannya. Sebagai gambaran ganasnya suatu Diabet dalam menyerang organ ginjal, ini bisa dilihat pada 100 orang yang dilakukan cuci darah dengan mesin dialisis dalam suatu titik layanan hemodialisis akan dijumpai kira-kira 40 orang lebih menderita diabetes sebelumnya. Maka tidak heran kalau Diabetes menduduki posisi pertama yang melampaui penyakit hipertensi dalam menyerang ginjal. Dengan demikian maka simaklah baik-baik.  

peran-ginjal-pada-homeostasis-gula-darah-tubuh-rumah-ginjal-prof-djoko-santoso-2.jpg

Pembaca yang budiman, disamping organ lainnya, organ ginjal kita pun sungguh sangat menakjubkan. Disamping ada komponen Capsula Bowman-beserta Tubulusnya, ginjal juga dipenuhi sebagian besar oleh kumpulan pembuluh darah/kapiler:  dimulai dari arteriol aferen, kapiler gromerulus, arteriol eferen, kapiler peritubular, dan vasa rekta di mana ini banyak fungsinya termasuk ikut mengatur kadar gula darah tubuh kita. Di sepanjang aliran pembuluh darah tersebut, gula di dalam darah ikut dihantarkan. Nasibnya, umumnya gula darah akan dikembalikan secara langsung ke sirkulasi sedang sisa lainnya akan dikeluarkan dari sirkulasi yang selanjutnya akan bergabung jadi satu yang namanya ultra filtrat akan terkumpul dalam suatu ruang yang disebut ruang capsula bowman lalu mengalir ke tubulus proksimal ginjal, dimana jalur tersebut adalah jalur lewatnya produk urin yang sedang diproses menjadi urin. Di tempat inilah gula diatur untuk diserap kembali menuju sirkulasi atau kalau tubuh menganggap sudah cukup kebutuhan gulanya maka akan dibuang ke dalam cairan urin, untuk bersama campur dengan zat lainnya yang beracun atau zat berlebih seperti air, elektrolit, peptida, racun urea. 

Secara Anatomi-fisiologi, publik sebaiknya tahu, namun bagi mahasiswa kedokteran harus mengetahui dan memahami betul tentang kaitan anatomi-fisiologi terkait regulasi gula darah di ginjal.  Mahasiswa harus tahu perjalanan darah sejak dari arteri renalis menuju arteriole afferen dan selanjutnya menuju ke kapiler glomerulus lalu ke arteriole efferen. Untuk diketahui bahwa Arteriole efferen ini adalah satu-satunya dimana kapiler mengalir ke arteriole (yang biasanya menuju ke venula langsung). Singkatnya: dari arteriol (afferent) ke glomerulus lalu ke arteriol lagi (efferent). Jika arteriol Afferent (sebelum kapiler glomerulus)  mengalami vasokonstriksi (mengkerut pembuluhnya) maka aliran darah yang masuk glomerulus akan berkurang sehingga GFR (daya saring) pun ikut menurun. Sedangkan jika arteriole Efferent (sesudah kapiler glomerulus) vasokonstriksi maka aliran yang dialirkan ke peritubular menjadi menurun dan GFR menjadi meningkat. Itulah cara kerja ginjal dalam mempertahankan agar GFR di upayakan konstan hingga bisa menjaga fungsi ginjal dengan baik. Namun kalau ginjal terforsir kerjanya maka sistem tersebut akan mengalami dekompensasi dan terjadi kerusakan ginjal mengingat sistem homeostatsis di organ ginjal ini bekerja keras tanpa henti.  

Contoh: dalam kondisi ginjal mengalami hipoperfusi (menurunnya oksigen dan nutrisi) atau penurunan beban sodium (Na) yang dirasakan pada makula densa (di tubulus distalis), maka akan dilepaskan sinyal kepada sistem juxtaglomerular yaitu zat prostaglandin dan sistem RAAS (Renin Angiotensin Aldosteron System). Prostaglandin akan menyebabkan vasodilatasi pada vasa afferen dan sistem RAAS khususnya angiotensin-2 akan menyebabkan vasokonstriksi vasa eferen. Sehingga akibatnya akan terjadi hiperfiltrasi oleh glomerulus (disebut hipertensi intraglomerulus) sebagai feedback atas menurunnya perfusi atau sodium load. Konsep dasar ini harus diketahui dan dipahami oleh mahasiswa kedokteran. 

Secara fisiologis, gula yang difiltrasi tubuh sehari-harinya adalah berkisar 180 gram/hari dan tubulus proximallah yang menyerap semua gula tersebut sehingga tidak ada gula yang terkandung pada urine (ketika ini di test dengan sistem fehling A, Fehling B pada urinnya). Demikian hebat kan. Sesungguhnya hebatnya tubulus proximal tersebut itu tidak lepas dengan adanya segmen S1, S2, dan S3 dari reseptornya. Sebanyak 90% gula akan diserap oleh Segmen S1 dan S2 yang diperankan oleh reseptor SGLT2-nya (sodium-glucose linked transporter 2). Harapannya agar gula tidak terbuang sia-sia ke urin. Dari sinilah para ahli terinspirasi menemukan obat canggih dengan cara memotret lebih dalam tentang kehebatan Reseptor SGLT2. Dan ternyata berhasil dan saat ini obat nya sudah ada di pasar dengan efektifitas yang mujarab. 

Gula yang diserap kembali ke sirkulasi darah, tepatnya melalui transporter atau protein ligan sedemikian rupa hingga glukosa berikatan dengan sodium dan akhirnya masuk kembali ke darah. Proses ini tidak membutuhkan energi ATP, walaupun demikian proses transport tersebut tetap masuk kedalam transport aktif karena menggunakan gradien Na+ yang masuk ke tubulus proksimal. Penyerapan tersebut tidak 100 %. Di sini ada sisa 10% nya yang belum terserap namun tubuh menyediakan segmen S3 untuk menyerap sisa 10% dengan melalui resptor yang di sebut SGLT-1. 

Begitulah kira-kira potret cara kerja alam hingga para ahli tinggal mengikuti apa yang digariskan oleh sang Pencipta. Dan ini menjadi tidak diragukan lagi bahwa adanya obat baru diabetes (yang tipe-2) ini semakin membuktikan kalau peran ginjal memang sangat turut berkontribusi dalam mengatur metabolisme gula darah. Sungguh menakjubkan sekali ginjal yang sekepal genggaman tangan kita ini, kan. Maka rawatlah dan sayangilah. []

Source:
  • Tags:
Keywords:



Comments