Mengenal secara dekat, Garam dan Hipertensi


Bila membahas tentang hipertensi atau darah tinggi, hal berikut ini tak bisa dilepaskan yaitu faktor garam (tepatnya natrium). Dalam konteks lengkap, bukan berarti garam tersebut tidak ada manfaatnya namun ketika asupannya melebihi dari yang ditoleransi tubuh maka asupan garam berlebih itu akan membuahkan suatu nilai kontraproduktif, seperti tekanan darah meninggi, jantung bisa jadi payah jantung, pembuluh darah tidak elastis bahkan malah menjadi lebih kaku, stroke, gagal ginjal kronis dan masih banyak lainnya. Singkat kata garam bisa bermata dua. Di satu sisi menguntungkan dan sisi lainnya dapat mencelakakan.

Menurut studi, dilaporkan bahwa ada hubungan yang erat antara hipertensi dan asupan garam makanan. Sebuah penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa dengan pengurangan sederhana yang berkelanjutan mengenai asupan garam akan menginduksi penurunan tekanan darah yang relevan pada individu hipertensi dan juga pada mereka dengan normotensif (tekanan darah normal 120/80 mmHg). Itu bisa diartikan ketika asupan garam ditingkatkan dari toleransi normal, maka dalam perjalanan waktu, mereka yang terbiasa konsumsi garam yang sangat asin akan mudah jatuh ke penyakit darah tinggi dan penyakit penyerta lainnya. Maka dari itu tidak heran kalau dokter selalu menyarankan agar mengurangi makan asin-asin. Dan diakhir konsultasi, biasanya dokter mengingatkan sekali lagi agar tetap mengurangi konsumsi garam atau makanan asin seperti gorengan, mie instan, dan sop berkuah asin. Tak pelak, acap kali dokter meminta pasien untuk datang bersama istri atau keluarga yang menyiapkan makanan agar mengurangi penggunaan garam dalam pengolahan makanan sehari-hari. Bila diperhatikan sesungguhnya, zat di dalam garam yang harus dihindari penderita hipertensi adalah natrium klorida. Zat yang kerap disingkat NaCl ini lah yang memberikan rasa asin bagi garam itu sendiri. Itu sepertinya terlihat sepele, namun pada kenyataan di lapangan ternyata tak mudah dipatuhi olehnya. Hal ini bisa dilihat orang yang terkena hipertensi di seluruh dunia lebih dari 1,5 miliar orang dengan hipertensi. Dan hampir dua pertiganya tersebar pada negara negara berkembang ke bawah. 

Di dalam tubuh, ion natrium adalah ion yang paling banyak ditemukan mengalir dalam cairan darah dan interstisial. Natrium paling banyak ditemukan dalam senyawa berbentuk natrium klorida atau natrium bikarbonat. Dibalik itu semua, natrium memainkan peran penting dalam beberapa fungsi biologis tubuh seperti keseimbangan cairan, konduksi saraf, dan kontraksi otot. Bila karena suatu penyakit atau konsumsi yang sangat rendah, tubuh kekurangan natrium maka akan timbul efek hiponatremia seperti mual, muntah, lemah badan, kejang, bahkan kematian. 

Natrium dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang optimal yaitu 1,5 sampai 2,3 gram perharinya. Jumlah tersebut setara dengan maksimal satu sendok teh perharinya. Uniknya jumlah rata-rata konsumsi natrium orang dewasa di Amerika adalah 3,4 gram perharinya dan jelas melebihi takaran normal konsumsi perharinya. Bila jumlahnya berlebihan natrium juga berdampak buruk bagi kesehatan. Natrium sangat mudah mengikat air dan menyebabkan volume dalam pembuluh darah kita cenderung berlebihan. Kondisi tersebut lama-kelamaan akan menyebabkan kondisi hipertensi dan gangguan pembuluh darah serta penyakit penyerta lainnya. Mengingat garam bagaikan pedang bermata dua, maka dari itu, banyak upaya dilakukan oleh industri makanan untuk mengurangi risiko penyakit hipertensi yang salah satunya memodifikasi bahan baku makanannya yaitu garam.

 

Garam dapur yang biasa kita konsumsi

Proses produksi garam adalah dengan beberapa cara. Dua cara utama pembuatannya adalah dengan menguapkan air garam atau mengekstraksi garam padat dari tambang garam di bawah tanah. Namun sebelum dapat mencapai bentuk yang dapat dikonsumsi, garam dapur melewati proses pemurnian untuk menghilangkan kotoran dan mineral lain selain natrium klorida. Setelah itu zat-zat lain kadang ditambahkan untuk membantu menyerap kelembaban. Komponen seperti yodium juga sering disertakan untuk membantu memenuhi kebutuhan yodium penduduk sehari-hari.

Secara umum, garam sebagian besar mengandung natrium klorida yaitu  sekitar 98% beratnya. Maka dari itu kebanyakan orang menggunakan kata "garam" dan "natrium" untuk benda yang sama. Garam memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari hari yaitu untuk membumbui dan mengawetkan makanan. Hal demikian itu di lakukan sudah sejak ribuan tahun lalu. 

Di Indonesia sendiri hampir semua makanan utama menggunakan garam sebagai komponen cita rasa di dalamnya. Hal tersebut tidak luput dari makanan Indonesia yang terkenal akan komponen rempah yang bervariasi dan kaya rasa. 

 

Garam Warna Merah Muda 

Karena potensi bahaya mengkonsumsi terlalu banyak garam dapur biasa, banyak orang telah beralih menggunakan garam alternatif yang berwarna merah muda. Garam yang berwarna tersebut di samping warnanya yang bisa mengundang cita rasa juga di anggap punya  kelebihan lain. Maka itu bisa di anggap  garam tersebut menjadi solusi yang lebih sehat. Kepercayaan mereka memang sebagian ada benarnya karena riset menunjukkan bahwa garam yang berwarna tersebut  mengandung 84 mineral yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan garum dapur pada umumnya. Alasan dibalik perbedaan kandungan mineralnya adalah karena proses pemanenan alami dari garam tersebut yang menggunakan tangan dan minim dari proses bahan tambahan hingga menghasilkan produk murni yang dianggap bebas bahan tambahan dan dianggap jauh lebih alami cara pengolahannya. Ilmuan memperkirakan banyaknya mineral murni tersebut yang memberikan warna merah jambu yang khas khususnya zat besi.

Akan tetapi sesungguhnya  garam warna  ini juga tetap mengandung lebih dari 97% natrium klorida yang berarti tidak berbeda dengan garam dapur biasa. Argumen garam warna lebih sehat disebabkan karena garam tersebut dalam bentuk kristal garam yang berukuran lebih besar dengan kandungan natriumnya lebih sedikit. Namun jika garam warna ditumbuk halus hingga menyerupai tekstur dengan garam dapur, maka jumlah natriumnya ternyata serupa.

 

Betulkah garam warna itu istimewa?

Jawabnya, terlalu berlebihan kalau itu dikatakan istimewa. Bagaimana penjelasannya? Jika melihat asalnya, memang garam warna tersebut diperoleh dari suatu tambang garam suatu negara tertentu. Tambang ini diyakini telah terbentuk jutaan tahun yang lalu dari penguapan komponen air purba. Garam warna dengan warna merah muda seperti buah jambu tersebut dikarenakan ada elemen sisa oksidasi zat besi, bersama dengan kalium, kalsium, dan magnesium. Mineral ini juga berkontribusi dalam mempengaruhi rasa garam warna ini sehingga mengantarkan suatu tampilan garam yang berwarna pink ini dapat menjadi lebih menarik cita rasa pada sajian di meja makan.

Namun apakah garam tersebut lebih sehat daripada jenis garam lain? Survei mengatakan tidak tepat demikian. Yang paling tepat adalah mari kita tetap utamakan membatasi jumlah asupan garam sesuai kebutuhan. Adapun jumlah nya yang berimbang saja, tidak berlebihan dan tidak berkekurangan. Sesuai rekomendasi WHO, agar membatasi asupan natrium menjadi sekitar 2,0 g per hari (setara dengan sekitar 5,0 g garam per hari) pada populasi umum, dan pada penderita hipertensi harus berupaya khusus dalam mengurangi asupan garam dengan lebih mengkombinasikan penggalakan pola hidup sehat kesehariannya yaitu: diet seimbang (yang kaya serat, rendah kalori, rendah lemak yang terukur), kurangi berat badan untuk mereka yang gemuk/overweight, biasakan aktifitas olah raga 20-30 menit yang disesuaikan kapasitas fisik, lakukan tidur nyenyak 6 jam, hindari stress, tingkatkan Iman-Imun dan hindari kebiasaan buruk yang menjadikan kontraproduktif. Itulah yang tepat dan istimewa!

 

Prof. Djoko Santoso

 

Sumber gambar: https://health.kompas.com/read/2021/03/19/060100068/rekomendasi-garam-untuk-penderita-darah-tinggi?page=all



Comments