#Hipertensi


Penyakit Ginjal Kronis: Suatu Masalah yang Mungkin Tidak Pernah Selesai

Penyakit ginjal kronis dikenal sebagai pengganda penyakit. Karena tidak hanya berhenti dikerusakan ginjalnya semata saja namun merembet di luar tersebut. Pengganda sendiri mengartikan berlipat, dari satu menjadi dua, empat dan seterusnya. Hal ini tidak mengagetkan mengingat organ ginjal sendiri secara alamiah dikenal multifungsi dalam mendukung mesin biologi tubuh. Fungsi ginjal tidak sekadar mengeluarkan racun dan air (yang sudah tidak diperlukan tubuh), namun ada fungsi lainnya seperti mengontrol tekanan darah, memelihara Hb (hemoglobin) tubuh agar tetap pada rentang normal, menyehatkan tulang melalui vitamin D yang dibentuk di ginjal, mengontrol gula darah dalam tubuh, buffer (penetral suatu keseimbangan asam-basa tubuh) dan masih ada fungsi yang lainnya. Jadi, jelas sekali sebagai sebutan penyakit pengganda, maka ketika ditetapkan menderita penyakit ginjal kronis maka serentetan berbagai organ tubuhnya terancam, terutama jantung-pembuluh darah, otak, dan tulang. 

Organ-organ yang Menjadi Sasaran Hipertensi

Organ adalah sekumpulan jaringan yang membentuk suatu fungsi tertentu. Letak organ dibagi menjadi 2, yakni organ dalam dan luar. Hipertensi cenderung menyasar ke organ dalam seperti jantung, otak, dan ginjal. Sebagian besar efek buruk hipertensi dapat dicegah jika tekanan darah dipertahankan ke tingkat normal dengan pendekatan farmako terapi (terapi obat-obatan) dan life style. Pendekatan tersebut termasuk pengendalian kebiasaan merokok, hiperkolesterolemia, dan diabetes. 

Peran Kalium dalam Mengendalikan Garam dari Hipertensi

Garam mengandung Na (Natrium) memiliki fungsi utama dalam sel tubuh, tetapi juga sangatlah berpotensi. Artikel sebelumnya tentang “pembatasan garam untuk mengatasi hipertensi” menjelaskan, sisi merugikan garam adalah ketika penggunaannya tidak proporsional (baik yang kekurangan maupun kelebihan). Prinsip keseimbangan terkait Na di dalam mesin tubuh menjadi hal utama. Oleh karena itu, dibutuhkan mesin tubuh yang tetap sehat. Agar kontinuitasnya terjamin, maka kita yang punya tubuh perlu berperilaku hidup sehat, salah satunya menjaga diet makanan yang sehat. 

Ketahui Faktor Risiko Hipertensi yang Sering Diabaikan

Angka kasus hipertensi Indonesia menyumbang besar kepada peningkatan hipertensi secara global. Menurut data Riskesdas Kemenkes RI tahun 2013, menunjukkan bahwa 25,8 persen penduduk Indonesia mengidap hipertensi. Untuk menghindari terjadinya hipertensi perlu diketahui faktor risiko yang menyebabkan hipertensi. Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM. pada bukunya yang berjudul "Membonsai Hipertensi", membagikan informasi tentang faktor atau kondisi yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Apakah Diabetes dan Hipertensi Berhubungan? Begini Faktanya

Diabetes adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula (glukosa) dalam darah (gula darah puasa 126 mm/dl, gula darah 2 jam pasca puasa 200 mg/dl). Menurut WHO, sekitar 422 juta orang di seluruh dunia tercatat telah menderita diabetes. Bahkan Indonesia urutan ke-5 dengan penderita diabates terbanyak di dunia (Riskesdas, 2021)  Insulin adalah hormon yang berperan dalam memproses glukosa dalam tubuh. Diabetes ditandai dengan berkurangnya insulin, sehingga tubuh tidak dapat memproses gula yang berasal dari makanan. Normalnya kadar gula darah dipertahankan pada tingkat stabil oleh hormon insulin, yang disekresi pankreas.